Sabtu, 21 Maret 2015

Toleransi Ucapan Nyepi



Nyepi merupakan salah satu hari raya agama Hindhu yang dilaksanakan setiap satu tahun. Waktunya bersamaan dengan pergantian tahun Saka setiap tanggal 1 bulan Waisak tahun Saka atau tahun baru Saka.  Seperti layaknya hari raya agama lain, rangkaian kegiatan pun mewarnai jalannya prosesi mulai dari sebelum, ketika hingga sesudah perayaan hari Nyepi. Setiap kegiatan tersebut pasti memiliki makna yang baik. Misalnya memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta). 

Di Indonesia, perayaan Nyepi dilakukan di Bali yang mayoritas penduduknya adalah penganut agama Hindhu. Namun demikian, di daerah lain pun juga terasa atmosfer Nyepi. Di Jogja misalnya, terdapat pernak-pernik khas hari raya Nyepi, seperti pawai Ogoh-ogoh, tari-tarian, dll. Selain itu ucapan “Selamat Hari Raya Nyepi” pun juga mengalir dari berbagai kalangan; sesama umat Hindhu maupun di luar Hindhu. 


Terkait ucapan “Selamat Hari Raya Nyepi”, terdapat dua macam kelompok dalam menanggapi hari Nyepi. Pertama, mereka yang tidak mau mengucapkan dan melarang. Kedua, mereka yang mengucapkan.

Pertama, mereka yang tidak mau mengucapkan. Kelompok ini beralasan bahwa hari raya Nyepi itu bukan termasuk hari raya agamanya. Apabila kelompok ini mengucapkan, mereka takut merusak akidah dan termasuk dalam golongan yang mereka anggap “kafir”. Bahkan kelompok ini menyatakan secara terang-terangan bahwa mengucapkan selamat hari raya kepada agama lain adalah haram hukumnya. Ya, kelompok ini sangat kaku.

Kedua, mereka yang mengucapkan. Meskipun berbeda dalam agama, kelompok ini turut mengucapkan “selamat” sebagai bentuk toleransi antar umat beragama. Mereka beranggapan bahwa ucapan tersebut sekedar konteks kultural budaya sebagai refleksi persahabatan dan tidak berpengaruh terhadap akidah. Kelompok ini juga mengatakan bahwa setiap agama pasti tidak picik dan melarang sesuatu demi kepentingan manusia dalam kehidupan sosial.

Termasuk yang manakah Anda? Silahkan...

Kalau saya termasuk yang nomer dua. Mengapa? Karena setiap Hari Raya dan Hari Besar Islam, teman-teman saya yang berbeda agama selalu mengucapkan “Selamat” kepada saya dan turut merasa bahagia bahkan membantu beberapa kegiatan keagamaan. 

Terlepas dari setuju atau tidak, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Nyepi, Tahun Baru Saka 1937 bagi yang menjalankan. Semoga dalam keheningan itu terdapat kebaikan untuk semua. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar