Senin, 04 Agustus 2014

Apa itu Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat?


Secara singkat, Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat adalah sebagai berikut: 
  1. Syariat (Islam) adalah hukum dan aturan (Islam) yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain berisi hukum dan aturan, syariat (Islam) juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. Maka oleh sebagian penganut Islam, syariat (Islam) merupakan panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini. 
  2. Tarekat berasal dari kata ‘thariqah’ yang artinya ‘jalan’. Jalan yang dimaksud di sini adalah jalan untuk menjadi orang bertaqwa, menjadi orang yang diredhoi Allah s.w.t. Secara praktisnya tarekat adalah kumpulan amalan-amalan lahir dan batin yang bertujuan untuk membawa seseorang untuk menjadi orang bertaqwa.Ada 2 macam tarekat yaitu tarekat wajib dan tarekat sunat.
    • tarekat wajib, yaitu amalan-amalan wajib, baik fardhu ain dan fardhu kifayah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. tarekat wajib yang utama adalah mengamalkan rukun Islam. Amalan-amalan wajib ini insya Allah akan membuat pengamalnya menjadi orang bertaqwa yang dipelihara oleh Allah. Paket tarekat wajib ini sudah ditentukan oleh Allah s.w.t melalui Al-Quran dan Al-Hadis. Contoh amalan wajib yang utama adalah shalat, puasa, zakat, haji. Amalan wajib lain antara lain adalah menutup aurat , makan makanan halal dan lain sebagainya.
    • tarekat sunat, yaitu kumpulan amalan-amalan sunat dan mubah yang diarahkan sesuai dengan 5 syarat ibadah untuk membuat pengamalnya menjadi orang bertaqwa. Tentu saja orang yang hendak mengamalkan tarekat sunnah hendaklah sudah mengamalkan tarekat wajib. Jadi tarekat sunnah ini adalah tambahan amalan-amalan di atas tarekat wajib. Paket tarekat sunat ini disusun oleh seorang guru mursyid untuk diamalkan oleh murid-murid dan pengikutnya. Isi dari paket tarekat sunat ini tidak tetap, tergantung keadaan zaman tarekat tersebut dan juga keadaan sang murid atau pengikut. Hal-hal yang dapat menjadi isi tarekat sunat ada ribuan jumlahnya, seperti shalat sunat, membaca Al Qur’an, puasa sunat, wirid, zikir dan lain sebagainya.
  3. Hakikat artinya i`tikad atau kepercayaan sejati (mengenai Tuhan), maka hakikat ini pekerjaan hati. Sehingga tidak ada yang dilihat didengar selain Allah, atau gerak dan diam itu diyakini dalam hati pada hakikatnya adalah kekuasaan Allah. (Abdurrahman Siddik Al Banjari ,1857 kitab Amal Ma`rifat).
    • Hakikat;  adalah  kebenaran,  kenyataan  (Poerwadarminta,1984)  hakekat  menyaring  dan memusatkan  aspek-aspek  yang  lebih  rumit  menjadi  keterangan  yang  gamblang  dan  ringkas, hakikat  mengandung  pengertian-pengertian  kedalam  aspek  yang  penting  dan  instrinsik  dari benda yang dianalisa (Konsep Dasain Interior II, Olih Solihat Karso).
    • Hakikat berasal dari kata arab haqqo, yahiqqu, haqiqotan yang berarti kebenaran sedangkan dalam kamus ilmiah disebutkan bahwa hakikat adalah: Yang sebenarnya; sesungguhnya; keadaan yang sebenarnya (Partanto, pius A, M. Dahlan al barry, Kamus Ilmiah Populer, 1994, Arkola, Surabaya).
    • Istilah bahasa hakikat berasal dari kata “Al-Haqq”, yang berarti kebenaran. Kalau dikatakan Ilmu Hakikat, berarti ilmu yang digunakan untuk mencari suatu kebenaran.
  4. Makrifat, Dari segi bahasa Makrifat berasal dari kata arafa, ya’rifu, irfan, ma’rifat yang artinya pengetahuan dan pengalaman. yaitu perpaduan dari syariat-tarikat-hakikat yang nantinya menuju kepada “mengenal Allah dan keilmuan (kunci kode) alam semesta yang termuat dalam Al Quran serta mentaati syariat Rasulullah SAW.”
    • Maka, apakah makrifat itu? Makrifat adalah pandai/ mengerti/ paham dan melaksanakan (dengan sempurna). Sayangnya dalam fase ini (makrifat), tidak ada seorang manusia pun yang mampu mendekati makrifat apalagi duduk dalam tahap tersebut. Alasannya mudah saja, karena syarat mutlak makrifat adalah “wahyu.”
    • Mengapa harus mendapat wahyu untuk makrifat? secara mudah saja, Makrifat, artinya pengetahuan dan pengalaman, yaitu perpaduan dari syariat-tarikat-hakikat yang nantinya menuju kepada “mengenal Allah dan keilmuan (kunci kode) alam semesta yang termuat dalam Al Quran serta mentaati syariat Rasulullah SAW.” Maka bagaimana akan makrifat bila tanpa wahyu?
    • Bagaimana menjadi makrifat? jawabannya adalah: “tidak mungkin.” Kecuali, bila seseorang itu adalah memiliki derajat nabi. Karena, seorang nabi pasti memperoleh wahyu.

      sumber: doritegal wordpress

49 komentar:

  1. Balasan
    1. untuk apa di kopas lagian penalarannya salah ,,,lu copas untuk di sebar luaskan bukan...yg ada tambah banyak yg eror n tambah banyak yg ngak paham segala sesuatu jgan di terima bersih di pelajari lah dulu coy

      Hapus
    2. lha yang bener gimana bang ryco andri...udah samapi ngaji kitab apa...nahwu shorof, jurumuiyah,mriti??..taq tanya udah bisa bahasa arab?kalo udah taq ngaji ke elo aja coy....loe bilang itu salah...berarti elo udah pandai dong tau yg benar....

      Hapus
    3. Man Robbuka, Man kalimah apa hayo,,,?

      Hapus
  2. Lalu, alm. Gusdur dan soekarno. Bukannya beliau adalah orang ma'rifat??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kata siapa? Dua2 nya adalah presiden yg dilengserkan. Hehe

      Hapus
    2. Kata siapa? Dua2 nya adalah presiden yg dilengserkan. Hehe

      Hapus
    3. Kata siapa? Dua2 nya adalah presiden yg dilengserkan. Hehe

      Hapus
    4. Bagaimana sesuatu dg mudah dijelaskan tetapi dikatakan tidak mungkin. Mengapa tidak mungkin bagi manusia biasa menerima wahyu? Mengapa menghakimi? Apakah kita sdh membatasi Tuhan sehingga tdk berdaya dan harus mengikuti aturan manusia?

      Hapus
    5. Resapi syi'irnya Gus Dur

      Hapus
  3. sulaiman yoissangaji15 September 2015 pukul 16.18

    maaf ya akhi saya minta tulisannya biar tidak di anggap mencuri, semoga apa yang antum tulis ini bisa bermanfaat bagi kita semua amin.

    BalasHapus
  4. tolong dongdo tambahi n lagi satu .yaitu Manfaat.jika semuanya sudah didpat tapi lo g bermanfaat percuma juga.hehehe

    BalasHapus
  5. tolong dongdo tambahi n lagi satu .yaitu Manfaat.jika semuanya sudah didpat tapi lo g bermanfaat percuma juga.hehehe

    BalasHapus
  6. Heheheheeh aku malah ra mudeng broooowwww

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba aja ikut tarekat,tapi harus yg menurut aturan syariat islam jgn yg melenceng dari syariat islam!
      Hehhehhe

      Hapus
    2. Coba aja ikut tarekat,tapi harus yg menurut aturan syariat islam jgn yg melenceng dari syariat islam!
      Hehhehhe

      Hapus
  7. ma'rifatnya nabi-nabi / rasul2 'alaihimus salaam wash shalaatu wassalaamu 'alaa sayyidinaa Muhammad, dengan wahyu dan mu'jizat, klo ulamaa' mungkin saja kan ma'rifat, bukankah banyak yang mendapat karomah. kita pun bisa berma'rifat dengan keyakinan kita, senjata kita orang mu'min adalah do'a...klo do'a kita selalu terijabah, mungkin kita sudah ma'rifat

    BalasHapus
  8. Marifat untuk manusia biasa, kelas rosul mah diatas itu.

    BalasHapus
  9. Buat apa berpatokan pada wahyu? Sedangkan baginda rasullulah mewariskan al-quran kepada umatnya.

    Kita cuma bisa mengenal allah, sedangkan rosul sudah sampai tahap bertemu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. adakah rosul kita yang pernah ketemu Allah.. siapa yaaa ?? aku malah belum tau.

      Hapus
  10. Buat apa berpatokan pada wahyu? Sedangkan baginda rasullulah mewariskan al-quran kepada umatnya.

    Kita cuma bisa mengenal allah, sedangkan rosul sudah sampai tahap bertemu.

    BalasHapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  12. Kalo menurut saya , jadi muslim syariat aja dulu , klo sdh syariat maka tariqat , hakikat dan makrifat itu akan nyusul dengan sendirinya .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau kita hanya berpatokan pada syariat saja kita akan menganggap yang tidak sejalan dengan pemikiran kita adalah sesat. Jadi Harus seimbang diantara unsur ke-4 tersebut.

      Hapus
    2. Iya ane setuju bro

      Hapus
  13. Kudu belajar sama guru yang bener nih mondok kalau mai dapat nih ilmu ....

    BalasHapus
  14. Kudu belajar sama guru yang bener nih mondok kalau mai dapat nih ilmu ....

    BalasHapus
  15. "Rasulullah SAW mewariskan dua pusaka kepada umatnya yaitu Alqur'an & hadist yg merupakan wahyu, sebagai pedoman hidup umat islam,
    Para sahabat Rasulullah dan para ulama adalah pewaris Nabi yg mampu berma'rifat kepada Allah karena mereka mampu menjalankan ajaran yg mereka pelajari dari Alqur'an & hadist untuk bertaqwa dan mengenal Allah dengan benar.

    BalasHapus
  16. Makrifat, mengenal Allah secara bener2 yakin, namanya Allah, rumahnya di Arsy, jaraknya 1000th perjalanan dr bumi, at sehari buat malaikat jibril, peta menuju sana adlh Alquran, penunjuk jalan nya mursid, jika sudah sampai ketuk pintunya tanya dan pastikan namanya Allah, jika ia jawab ia berarti itu zAllah..

    BalasHapus
  17. TaqwA saja ga usah mikirin ma'rifat ato ga, hanya Alloh yang Maha Tahu maka berserAhlah

    BalasHapus
  18. terimakasih dengan penjelasanya

    BalasHapus
  19. BELAJARLAH SYARIAT DG BAIK DAN BENAR LANJUTKAN DG TAREKAT SECARA KONTINUE DAN LAKASANAKAN TAREKAT DG LURUS.JANGAN TINGGALKAN SYAREAT KALAU PERLU LAKUKAN SECARA BERSAMA SAMA...!!INSYAALLAH ADA BUAHNYA...

    BalasHapus
  20. BELAJARLAH SYARIAT DG BAIK DAN BENAR LANJUTKAN DG TAREKAT SECARA KONTINUE DAN LAKASANAKAN TAREKAT DG LURUS.JANGAN TINGGALKAN SYAREAT KALAU PERLU LAKUKAN SECARA BERSAMA SAMA...!!INSYAALLAH ADA BUAHNYA...

    BalasHapus
  21. Lakukan syareat brbarengan dg tarekat dan hakekat.

    BalasHapus
  22. Lakukan syareat brbarengan dg tarekat dan hakekat.

    BalasHapus
  23. Jgn saling merasa benar, blm tentu yg salah pada akhirnya bisa berubah, dan sebaliknya tanyakan pada hati nurani masing2, hargai pendapat visi dan misinya orang lain, huallahua'lam

    BalasHapus
  24. Tarekat Tampa syariat x akan berlaku, hakikat tanpa tarekat x akan sampai,makrifat tampa hakekat sesat menyesatkan.
    Hidup adalah perjalanan seperti mana kita dilahirkan dgn tidak tahu apa-apa, sehingga mengenal. Logik akal diberi pilihan antara salah satu yg baik atau buruk. Tetapi hakikat tetap berjalan seperti yg ditetapkan di atas pilihan tadi. Pilihan hanya logik akal. Setelah memilih baru hakikat sebenar dan secara automatik syariat dan tarekat akan bersama diatas pilihan dan menjadi hakikat sebenar. Dan bila mengenal hakikat sebenar benarnya, makrifat akan dtg dlm hati dgn penuh yakin tampa ada rasa.

    Maaf sekiranya coretan ini tidak sampai pada kefahaman anda semua.

    BalasHapus
  25. Kita sekarang ini pada dasarnya ada di alam syariat..kita jalani syariat kita dengan sungguh-sungguh. Sudahkah kita menjalankan syariat dengan benar? ! Salah satunya adalah "perbaiki" sholat kita dulu. Bila semua urusan ingin beres,maka sholat nya dulu yang harus beres. Kalau sholatnya sudah beres, maka semua urusannya pun akan beres.
    Kema'rifat an kita sebenarnya sudah diawali saat kita berada di alam rahim, ketika Ruh ditiup saat kandungan berusia 4 bulan, disaat itu sudah jelas bahwa kita mengakui tentang Ke Esa an Tuhan. Namun setelah lahir, manusia mendapatkan pengajaran sesuai dengan apa yang diajarkam\diberikan orang tuanya.
    Wallohualambissawab

    BalasHapus
  26. Sungguh bermanfaat ilmu yang anda share mas,tapi mohon di cek lagi hal yang berkaitan dengan wahyu. Sepemahaman saya, Wahyu itu bukan hanya milik nabi mas. Gusti Allah memberikan wahyu kepada siapa yang Ia kehendaki.

    “Dan Rabb-mu telah mewahyukan kepada lebah, “Buatlah rumah-rumah di bukit-bukit dan pada pohon-pohon dan pada tempat-tempat yang mereka (manusia) buat.” (QS. An-Nahl : 68).

    Matur Suwun.

    BalasHapus
  27. wah sangat bermanfaat. terima kasih. saya minta tulisan nya ya akhi. sekali lagi terima kasih.

    BalasHapus
  28. wah sangat bermanfaat. terima kasih. saya minta tulisan nya ya akhi. sekali lagi terima kasih.

    BalasHapus
  29. https://m.youtube.com/watch?v=fhWp8od-MLk

    BalasHapus
  30. Biuh sdh sejauh ini ternyata pengetahuan saudaraku,semoga bermanfaat untuk sesama....

    BalasHapus
  31. agama itu bukan untuk diperdebatkan tpi diyakini,,,kalau kita saling berdebat tentang apa yang ada diagama gak bakakan ada ujungnya karena setiap orang punya persepsi sendiri-sendiri...lebih baik kita tekuni apa yang kita percayai saja toh ujung" nya kita juga menyembah tuhan kan,,dan jangan selalu merasa paling benar dan salah karena yang mengetahui kebenaran sesunguhnya hanya gusti Alloh.

    BalasHapus