Di sebuah kota yang memiliki
julukan “kota pelajar”, terdapatlah
sekolah SMA yang menjadi dambaan setiap siswa di kota tersebut. Betapa tidak,
sekolah tersebut termasuk dalam sepuluh besar SMA terbaik nasional karena
memiliki segudang prestasi akademik maupun non akademik. Untuk masuk sekolah
tersebut, siswa harus melakukan berbagai tahapan tes yang sulit sehingga yang masuk
adalah siswa yang benar-benar terbaik. Selain itu, mayoritas yang bersekolah di
sekolah tersebut adalah anak-anak orang kaya. Meskipun ada juga siswa yang
berasal dari keluarga yang kurang beruntung, seperti Arian.
Arian adalah salah satu dari minoritas
siswa yang beruntung bisa masuk ke sekolah tersebut. Arian bukan anak orang
kaya karena orang tuanya hanyalah bekerja sebagai buruh tidak tetap. Arian juga
bukan anak yang pandai. Arian dikenal sebagai sosok yang pendiam, pemalu dan
tertutup. Tak heran banyak teman-temannya yang tidak akrab dengannya. Bahkan
ada juga yang menjauhi Arian kerena mereka menganggap bahwa Arian adalah anak
buruh dan dianggap bodoh. Hal ini semakin membuat Arian seolah menjaga jarak
dengan teman-temannya yang kaya. Meskipun dalam hati kecilnya sangat berkeinginan
dan berharap untuk sekedar dianggap sebagai teman.
***
Hari itu adalah ulang tahun
Arian. Ia ingin berbagi kebahagiaan dengan teman-temannya dengan cara
mentraktir makan di restoran.
“Teman-teman, hari ini adalah
ulang tahunku. Aku ingin berbagi kebahagiaan dengan kalian. Untuk itu, nanti sepulang
sekolah aku akan traktir kalian di Restoran Enak.“ Kata Arian kepada
teman-temannya.
“Emangnya kamu punya uang?” Kata
Roni dengan nada mengejek.
Ya, Roni adalah anak paling kaya
di kelasnya. Ia adalah anak seorang pengusaha supermarket terkemuka di kota tersebut.
Selain itu, Ia dikenal sebagai siswa yang berprestasi di bidang olimpiade. Ia
sangat pandai. Namun Ia kurang dermawan dan selalu pilih-pilih teman dalam
bergaul.
“Punya kok, Ron. Nanti kamu bisa
kan? Sepulang sekolah ya.” Ajak Arian kepada Roni.
“Okelah.” Terima Roni.
***
Tibalah Arian dan teman-teman
sekelasnya di Restoran Enak. Mereka diberi kebebasan oleh Arian untuk memilih
menu makanan sesuai dengan keinginnya. Tak tanggung-tanggung, mereka memesan menu
makanan paling favorit dan mahal di restoran tersebut.
“Aku mau pesan steak... aku
seafood... aku juga seafood...” Saut teman-teman Arian memesan makanan.
Memang tak sedikit uang yang
harus dikeluarkan Arian untuk membayar pesanan teman-temannya tersebut. Namun,
Arian merasa senang karena teman-temannya merasa senang. Sungguh amat baik hati
Arian.
“Makasih ya Arian...
sering-sering kayak gini ya. Hehe.” Ucap Faniya
“Makasih ya, selamat ulang tahuan
Arian... “ Ucap teman-temannya yang lain, termasuk Roni.
Arian memang sudah mempersiapkan hari ini. Ia sudah menabung
sejak tiga bulan yang lalu demi berbagi kebahagiaan dengan teman-temannya. Dengan
harapan Ia dapat diterima dan dianggap teman-temannya.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar