Baru-baru ini kita mulai dipanaskan kembali dengan budaya tawuran di
antara para pelajar. Sampai-sampai terjadi korban jiwa. Dan sungguh
sadis, tawuran kali ini bukan hanya dengan main tangan, tetapi lebih
dari itu menggunakan senjata tajam.
Sebenarnya ada beberapa faktor
yang kami amati sebagai penyebab tawuran, yaitu kami bagi menjadi
faktor internal maupun eksternal.
Faktor Internal
Faktor
internal yang paling besar adalah kurangnya didikan agama. Jika
pendidikan agama yang diberikan mulai dari rumah sudahlah bagus atau
jadi perhatian, tentu anak akan memiliki akhlak yang mulia. Dengan
akhlak mulia inilah yang dapat memperbaiki perilaku anak. Ketika ia
sudah merasa bahwa Allah selalu mengamatinya setiap saat dan di mana pun
itu, pasti ia mendapatkan petunjuk untuk berbuat baik dan bersikap
lemah lembut. Inilah keutamaan pendidikan agama. Oleh karenanya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037).
Jika anak diberikan
pendidikan agama yang benar, maka pasti ia akan terbimbing pada akhlak
yang mulia. Buah dari akhlak yang mulia adalah akan punya sikap lemah
lembut terhadap sesama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula,
مَا كَانَ الرِّفْقُ فِى شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ عُزِلَ عَنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Tidaklah
kelembutan terdapat pada sesuatu melainkan ia akan menghiasinya. Dan
tidaklah kelembutan itu lepas melainkan ia akan menjelekkannya.” (HR. Ahmad 6: 206, sanad shahih).
Jadi
tidak semua anak mesti cerdas. Jika cerdas namun tidak memiliki akhlak
mulia, maka ia pasti akan jadi anak yang brutal dan nakal, apalagi jika
ditambah jauh dari agama.
2- Pengaruh teman
Faktor lainnya yang ini masih masuk faktor internal adalah lingkungan pergaulan yang jelek. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bagaimana pengaruh lingkungan yang jelek terhadap diri anak,
مَثَلُ
الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ
، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا
تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ
بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Seseorang
yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah
bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika
engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli
darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi,
jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar,
minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no.
2101, dari Abu Musa).
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Hadits ini
menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak
agama maupun dunia kita. Dan hadits ini juga menunjukkan dorongan agar
bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan
dunia.”
Biasanya karena pengaruh teman, takut dibilang “cupu loe ga mau ikut tauran, punya nyali ga loe..??” atau “ini kan buat kebaikan sekolah kita, klo loe ga ikut mending ga usah jadi temen gue”.
Kalau anak sudah memiliki agama yang bagus ditambah ia tahu bagaimana
pergaulan yang buruk mesti dijauhi, ditambah dengan ia tidak mau
perhatikan ucapan kawannya atau kakak angkatannya “cupu” atau “culun”.
Tentu ia tidak mau terlibat dalam tawuran.
Faktor Eksternal
Selain
faktor internal faktor eksternal secara tidak langsung mendorong para
pelajar pelajar untuk melakukan aksi tawuran. Di antara faktor tersebut:
1- Kurangnya perhatian orang tua.
Saat
ini pendidikan anak sudah diserahkan penuh pada sekolah. Orang tua
(ayah dan ibu) hanya sibuk untuk cari nafkah mulai selepas fajar hingga
matahari tenggelam. Sehingga kesempatan bertemu dan memperhatikan anak
amat sedikit. Jadinya, tempat curhat dan cari perhatian si anak adalah
pada teman-temannya. Kalau yang didapat lingkungan yang jelek, akibatnya
ia pun akan ikut rusak dan brutal. Beda halnya jika ibunya berdiam di
rumah. Tentu dia akan lebih memperhatikan si anak. Inilah mengapa di
antara hikmah Allah memerintahkan wanita untuk berdiam di rumah,
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu”
(QS. Al Ahzab: 33).
Karena pendidikan dalam rumah lebih dibebankan pada
para wanita. Sedangkan pendidikan luar rumah atau pendidikan
kemasyarakatan, itulah yang dibebankan pada para pria.
2- Faktor ekonomi
Biasanya
para pelaku tawuran adalah golongan pelajar menengah ke bawah.
Disebabkan faktor ekonomi mereka yang pas-pasan bahkan cenderung kurang
membuat membuat mereka melampiaskan segala ketidakberdayaannya lewat
aksi perkelahia. Karena di antara mereka merasa dianggap rendah
ekonominya dan akhirnya ikut tawuran agar dapat dianggap jagoan.
Jika
anak walau ia berekonomi menengah ke bawah menyadari bahwa tidak perlu
iri pada orang yang berekonomi tinggi karena seseorang bisa mulia di
sisi Allah adalah dengan takwa. Pemahaman seperti ini tentu saja bisa
didapat jika si anak mendapatkan pendidikan agama yang baik.
Jadi,
yang terpenting dari ini semua adalah tarbiyah (pendidikan) agama dan
pembinaan iman, ini faktor penting yang membuat anak tercegah dari
tawuran, di samping pula perhatian orang tua.
Semoga kita sebagai orang tua bisa menyadari hal ini. Wallahu waliyyut taufiq.
sumber: Muhammad Abduh Tuasikal; remajaislam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar