Daftar berikut ini menyajikan deretan masjid yang masih
mempertahankan seni dan arsitektur peradaban awal suku bangsa setempat.
Hal ini dilakukan mengingat untuk mengagungkan dan memelihara warisan
nenek moyang, tanpa melupakan sejarah kejayaan peradaban dan seni
arsitektur Islam pada masa jayanya.
Selanjutnya untuk mengetahui
informasi mengenai 25 Simply Amazing Mosques lainnya di dunia silahkan
klik alamat berikut
http://www.intlistings.com/articles/2008/25-simply-amazing-mosques/.
Masjid Agung Djenne, pada mulanya masjid ini dibangun sepenuhnya dengan
bahan “ferey” atau bata dari bahan tanah yang dikeringkan dengan
matahari dan diplaster dengan tanah lumpur, dengan ketebalan dinding
antara 41 cm dan 61 cm. Masjid ini dibangun pada abad ke-13 dan
direnovasi pada tahun 1834. Masjid yang terlihat pada gambar ini
dibangun ulang kembali pada awal abad ke-20 dan selesai sekitar 1909.
dengan bantuan dan dukungan Pemerintah Perancis dimana pada pada saat
itu Djenné adalah negeri jajahan Perancis di Afrika Barat. Pemerintah
Prancis telah memberi bantuan dan dukungan politik serta dana untuk
pembangunan kembali Masjid Agung Djenné ini.
Satu-satunya bagian asli bangunan yang masih dipertahankan dari masjid ini adalah ruang dasar (kandang) yaitu tempat kuburan atau makam pemimpin-pemimpin lokal bangsa Djenné.
Satu-satunya bagian asli bangunan yang masih dipertahankan dari masjid ini adalah ruang dasar (kandang) yaitu tempat kuburan atau makam pemimpin-pemimpin lokal bangsa Djenné.
Masjid Agung ini berlokasi di tepi Sungai Bani Kumba, pada platform atau site yang telah ditinggikan dengan luas permukaan bidang 5625 m², sehingga terlindung dari banjir.
Setiap tahun, masjid Djenné mendapat perawatan atau perbaikan dalam rangka menyambut berbagai perayaan festival rakyat sebagai hiburan yang luarbiasa, serta menyenangkan bagi masyarakat Djenné.
Masjid Agung Djenné adalah salah satu “Situs Warisan Dunia” yang ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1988″, yang dapat dikunjungi setiap saat, tetapi tidak dibolehkan memasuki bangunan, kecuali anda Muslim. Masjid Agung ini telah ditutup untuk non-Muslim pada tahun 1996, akibat dari kerusuhan dan penembakkan salah seorang official fotografi majalah Vogue Prancis di dalam masjid.
Masjid Agung Xi’an ini adalah masjid pertama di Cina pada masa dinasti
Tang, disain masjid dipengaruhi oleh arsitektur bangunan dan rumah
ibadah yang lazim pada masa itu, masjid ini dibangun selama 742CE
(kekuasaan Kaisar Xuanzong, 685-762).
Kemudian Kaisar Hongwu dari Dinasti Ming merenovasi kembali masjid, yang samasekali tidak pernah menambahkan kubah atau dome dan menara, atau sama sekali tidak merobah arsitektur asli masjid.
Fitur yang penting dalam arsitektur ini adalah penekanan pada “simetris yang kontras” dengan taman di sekitar bangunan
Masjid ini merupakan salah satu contoh dari Sino-arsitektur Islam. di Cina, khususnya masjid yang berada di dekat Drum Tower (Gu Lou) di Huajue Lane dari Xi’an (Sian), provinsi Shaanxi, Cina, dan merupakan salah satu masjid yang paling tua dan paling terkenal di negeri ini.
Masjid ini awalnya merupakan pusat keagamaan (Islam) bagi pedagang Arab dan Persia yang beroperasi di Cina.serta pusat kegiatan hubungan dagang dengan pemerintahan dinasti Tang, Disinilah rute perdagangan Xi’an terhubung ke Timur Tengah dan Eropa, dan China untuk membuka diri dengan dunia Barat.
Pada 754 AD hasil sensus menunjukkan bahwa ada lima ribu orang asing yang tinggal di kota ini yang terdiri dari bangsa Turki, Iran, India, serta bangsa Jepang, Korea dan bangsa berbudaya Melayu dari timur.
3. Mesjid Agung Samarra, Irak
Masjid Agung di Samarra, Irak ini dibangun pada abad 9, yaitu 848CE,
selesai dalam 52 tahun pada masa pemerintahan khalifah Abbasid
Al-Mutawakkil (di Samarra) dari 847 sampai 861.
Pada zamannya,
masjid ini adalah masjid terbesar di dunia, tinggi menara, yaitu menara
yang terkenal disebut menara al-Malwiya adalah 52 meter dengan lebar
dasar spiral menara 33 meter, dan dapat menampung delapan puluh ribu
orang jemaah. Masjid didinding atau dibatasi dengan dinding batu bata
yang mengelilingi sebuah kawasan yang berukuran panjang 240 meter, lebar
158 meter, dan tinggi 10 meter. Dinding ditutupi dengan panel berwarna
biru gelap dengan kaca mosaic.
Menara masjid yang berbentuk
spiral. Spiral menara masjid ini ini sangat terkenal, dan merupakan
fitur-fitur pertama kali yang didaftarkan pada bangunan-bangunan
bersejarah “Congregational Mosque” Al-Mutawakkil di Irak, kemudian
diikuti oleh 20 bangunan istana lainnya. Hal ini membuktikan bahwa
pemimpin atau khalifah di Irak pada masa itu sangat menghargai
perkembangan dan kemajuan karya seni arsitektur.
Sayangnya, pada 1
April 2005, bagian atas Malwiya mesjid rusak oleh sebuah bom. dalam
peperangan infasi AS ke negara Irak.(seperti gambar puing masjid,
disamping) Para pejabat Irak telah menyatakan klaim bahwa tentara AS
telah menyebabkan kerusakan yang signifikan pada situs-situs bersejarah
di Samarra, termasuk dinding sebuah istana kuno di Irak.
4. Masjid Jami-Ul-Alfar, Kolombo, Sri Lanka
Masjid Jami-Ul-Alfar, adalah salah satu masjid tertua di kota Kolombo
dan merupakan ikon pariwisata di ibu kota Srilangka. Ciri khas disain
arsitektur Masjid ini adalah ornamen atau dekoratif dinding belang merah
dan putih.
Masjid ini berlokasi di perempatan jalan di daerah
Pettah Bazaar, dibangun tahun 1909 dengan arsiteknya bernama Saibo Lebbe
yang merancang bangunan ini selama satu tahun pada tahun 1908.
Beberapa
orang telah mengakui bahwa masjid Jami Ul Alfar adalah salah satu “land
mark” atau ikon pawisata kota Kolombo. Selain di kota Kolombo Sri
Lanka, arsitektur masjid semacam ini juga terdapat di kota Kualalumpur
Malaysia yang bernama Masjid Jamek
5. Masjid Dublin, Irlandia
Masjid Dublin Irlandia ini, merupakan salah satu masjid yang
mencerminkan budaya daerah, karena pada semulanya tidak dirancang untuk
bangunan masjid. Tetepi dirancang dan dibangun untuk rumah tempat
tinggal, kemudian beralih fungsi menjadi masjid sebagai tempat ibadah.
Masjid
ini, dibuka pada tahun 1983, oleh sekelompok mahasiswa Islam yang tiba
di Dublin pada awal tahun 1950-an dalam rangka belajar di daerah ini.
Mereka merupakan Perkumpulan Masyarakat Islam yang pertama pada tahun
1959 di Dublin, dan satu dekade kemudian masyarakat ini mulai menggalang
dana untuk membeli sebuah bangunan yang akan dijadikan masjid.
Mereka
pertama kali membeli sebuah rumah di Harrington Street, dan kemudian
jumlah pendatang Islam bertambah juga maka mereka terpaksa mencari
bangunan baru.
Pada tahun 1983 mereka membeli sebuah bangunan,
bangunan yang sekarang ini dulunya adalah sebuah rumah di South Circular
Road, Dublin 8, yang kemudian difungsikan menjadi masjid serta sebagai
pusat “The Islam Foundation” di Irlandia. Saat ini jumlah umat Islam di
Irlandia berjumlah lebih kurang 1300 orang.
6. Masjid Assyafaah, Singapore
Masjid Assyafaah, Singapura adalah masjid yang dibangun dengan disain
arsitektur moderen (The Modern Masjid), masjid ini sekaligus merupakan
basis atau kantor Dewan Agama Islam Singapura yaitu Majlis Ulama Islam
Singapura (MUIS) yang didisain oleh “Forum Architects Singapura”, sama
sekali masjid ini tanpa kubah atau dome.
Masjid ini terletak di
sebelah utara pulau Singapura di lingkungan yang penuh dengan bangunan
tinggi, Arsitek Tan Kok Hiang dengan konsern mendisain masjid ini dengan
konsep “keharmonisan dan toleransi” dalam keberagaman kehidupan sosial
berbagai suku bangsa, sehingga diaktualisasikanlah fisik bangunan masjid
tanpa memihak kepada arsitektur peradaban salah satu suku bangsa atau
etnis manapun.dan bahkan juga pada paradaban agama manapun. Tapi
sudahbarang tentu bangunan ini harus mempunyai ciri atau tanda bahwa
bangunan tersebut sesungguhnya adalah masjid.
Masjid Assyafaah
dibuka pada tahun 2004 dan ini masjid ke lima dibangun pada fase III,
program “The Mosque Building Fund” masyarakat muslim Singapura Utara.
Masjid dibangun dengan memakai konstruksi kerangka baja dilapisi anti
karat serta penutup “colorless polyurethane”. Masjid ini juga sebagai
pengganti dua buah masjid tua yang ditutup di daerah Sembawang yang
dapat menampung jemaah sebanyak 4000 orang.
Pemerintah Propinsi Sumatera Barat ingin mewujudkan land mark selain
yang ada di Sumbar yaitu Jam Gadang di Kota Bukittinggi, maka dalam
satu-dua tahun ke depan akan ada land mark baru bernama “Mahligai
Minang”. Ini adalah hasil karya arsitektur pemenang sayembara yang
diikuti 323 arsitek dari sejumlah negara.
Mahligai Minang tidak
semata-mata sebuah masjid, tetapi sebuah identitas yang akan menjadi
pusat peradaban, di mana salah satu bangunan utamanya adalah bangunan
masjid. Di situlah perpaduan antara Islam dan Minangkabau, dengan
melengkapi bangunan atau ruangan antara lain; ruangan atau bangungunan
lembaga pendidikan seperti perpustakaan, tempat rekreasi keluarga
sakinah, ruang serba guna yang menampung 3.000 orang yang bisa digunakan
untuk seminar, pertunjukan kesenian, dan sebagainya.
Masyarakat
Minangkabau yang sebagian besar adalah penduduk wilayah Propinsi
Sumatera Barat dalam menjalankan kehidupan sosial budayanya tetap
berpegang teguh pada adagium adat basandi syara’, syara’ basandi
kitabullah (ABS-SBK). Oleh karena itu sejak dulu sampai sekarang, masjid
sebagai representasi kehidupan merupakan salah satu ikon budaya yang
penting.
Masjid tidak saja dapat dijadikan ukuran dari
keberhasilan masyarakat suatu wilayah/nagari, tetapi sekali gus menjadi
sebuah kebanggaan masyarakat di nagari tersebut. Itulah sebabnya sampai
sekarang, setiap orang Minangkabau baik yang di kampung maupun yang di
rantau selalu bergairah dan berlomba-lomba membangun dan memakmurkan
masjid. Dengan demikian, masjid menjadi sentra kegiatan sosial
kemasyarakatan. Di dalam adatnya disebutkan, sebagai salah satu syarat
bagi sebuah nagari antara lain adalah babalai bamusajik. Adanya balai
tempat bermusyawarah ninik mamak dan adanya masjid untuk aktivitas
keagamaan dan ilmu pengetahuan.
Masjid merupakan bangunan utama
Mahligai Minang mengambil dan mengaktulisasikan kembali seni dan
arsitektur bangunan “Minangkabau pada masa peradaban kebudayaan awal”.
Seperti diketahui dalam sejarah Kerajaan Pagaruyung bahwa ada tiga fase atau gelombang peradaban kebudyaan yaitu :
1) Fase atau gelombang peradaban kebudayaan Pagaruyung yang menganut agama Hindu Budha.
2) Fase atau gelombang peradaban kebudayaan Pagaruyung yang menganut agama Islam. dan
3) Fase atau gelombang peradaban kebudayaan Pagaruyung atau Minangkabau saat ini.
Jajaran masjid nan indah ini membuktikan kejayaan Islam di masa lampau.
source: muslim daily.net, google, dengan beberapa pengeditan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar